Jumat, 22 Februari 2013

Difusi dan Diseminasi



Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktifitas yang dilakukan individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Dalam inovasi terdapat dua proses inovasi yaitu difusi dan diseminasi.
A.    Pengertian Difusi dan Diseminasi
Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat(anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalamwaktu tertentu. Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinyasaling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan. Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan
pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi.
Jadi difusi dapat merupakan salah satu tipe komunikai yakni komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang dikomunikasikan adalah hal yang baru (inovasi).
Rogers membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Dalam sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal Seperti: kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai hasilnya, dan sebagainya, dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja sama dengan beberapa orang yang telah menerima inovasi. Dalam pelaksanaan sistem difusi desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu ada agen pembaharu. Warga masyarakat itu sendiri yang bertanggungjawab terjadinya difusi inovasi. Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola. Jadi kalau difusi terjadi secara spontan, maka diseminasi dengan perencanaan. Dalam pengertian ini dapat juga direncanakan terjadinya difusi. Misalnya dalam penyebaran inovasi penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam proses belajar mengajar. Setelah diadakan percobaan ternyata dengan pendekatan keterampilan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan siswa aktif belajar. Maka hasil percobaan itu perlu didesiminasikan untuk menyebarluaskan cara baru tersebut, dengan cara menatar beberapa guru dengan harapan akan terjadi juga difusi inovasi antar guru di sekolah masing-masing, terjadi saling tukar informasi dan akhirnya terjadi kesamaan pendapat antara guru tentang inovasi tersebut.

B.     Elemen Difusi Inovasi
Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi, (2) komunikasi dengan saluran tertentu, (3) waktu, dan (4) warga masyarakat (anggota sistem sosial). Untuk jelasnya setiap elemen diurakan sebagai berikut:
1. Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru disini diartikan mengandung ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif. Sesuatu yang tidak tentu masih terbuka berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya. Dengan adanya informasi berarti mengurangi ketidak tentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.
Rogers membedakan dua macam informasi, pertama informasi yang berkaitan dengan pertanyaan “ Apa inovasi (hal yang baru) itu?”, “Bagaimana menggunakannya?”, “Mengapa perlu hal yang baru itu?”. Informasi yang kedua berkaitan dengan penilaian inovasi atau berkaitan dengan pertanyaan “Apa manfaat menerapkan inovasi?”. “Apa konsekuensinya menggunakan inovasi?.”Jika anggota sistem sosial (warga masyarakat) yang menjadi sasaran inovasi dapat memperoleh informasi yang dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan jelas, maka akan hilanglah ketidak tentuan terhadap inovasi. Mereka telah memperoleh pengertian yang mantap apa inovasi itu. Mereka akan menerima dan juga menerapkan inovasi. Cepat lambatnya proses penerimaan inovasi dipengaruhi juga oleh atribut dan karakteristik inovasi.
2. Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi dalam difusi inovasi ini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. Difusi adalah salah satu tipe komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi. Inti dari pengertian difusi ialah terjadi komunikasi (pertukaran informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) suatu inovasi, (2) individu atau kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi, (3) individu atau kelompok yang lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak tersebut. Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari seorang ke orang lain. Kondisi ke dua pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk mengefektifkan proses komunikasi. Misalnya saluran media massa seperti radio, televisi, suratkabar, dan sebagainya telah digunakan untuk menyampaikan informasi dari seorang atau seklompok orang kepada orang banyak (massa). Biasanya media massa digunakan untuk menyampaikan informasi kepada audien dengan maksud agar audien (peneriam informasi) mengetahui dan menyadari adanya inovasi. Sedangkan saluran interpersonal (hubungan secara langsung antar individu), lebih efektif untuk mempengaruhi atau membujuk seseorang agar mau menerima inovasi, terutama antara orang yang bersahabat atau mempunyai hubungan yang erat. Dalam penggunaan saluran interpersonal dapat juga terjadi hubungan untuk beberapa orang, dengan kata lain saluran interpersonal dapat dilakukan dalam suatu kelompok.
Dari hasil kajian para ahli ternyata dalam proses difusi banyak orang tidak menilai inovasi secara obyektif berdasarkan karya ilmiah, tetapi justru mereka menilai inovasi secara subyektif berdasarkan informasi yang diperoleh dari kawannya yang telah lebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi. Proses komunikasi interpersonal ini akan efektif jika sesuai dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu: komunikasi akan lebih efektif jika dua orang yang berkomunikasi itu memiliki kesamaan seperti: asal daerah, bahasa, kepercayaan, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Seandainya seseorang diberi kebebasan untuk berinteraksi dengan sejumlah orang, ada kecenderungan orang itu akan memilih orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Proses komunikasi antar orang yang homophily akan lebih terasa akrab dan lancar, gangguan komunikasi kecil sehingga kemungkinan terjadinya pengaruh individu satu terhadap yang lain lebih besar. Tetapi dalam kenyataannya apa yang banyak dijumpai dalam proses difusi justru keadannya berlawanan dengan homophily yaitu heterophily. Misalnya seorang agen pembaharu yang bertugas di luar daerahnya. Maka dia harus berkomunikasi dengan orang yang mempunyai banyak perbedaan dengan dirinya (heterophily), berbeda tingkat kemampuannya, mungkin juga beda tingkat pendidikan, bahasa, dan sebagainya, akibatnya komunikasi kurang efektif.
Kesulitan dengan adanya perbedaan-perbedaan antara individu yang berkomunikasi itu dapat diatasi jika ada emphaty (empati) yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama dengan orang lain. Dengan kata lain empati ialah kemampuan untuk menyamakan dirinya dengan orang lain. Heterophily yang memiliki kemampuan empati yang tinggi, sebenarnya jika ditinjau dari psikologi social sudah merupakan homophily.
3. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti komunikasi yang kurang memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkannya secara eksplisit variabel waktu. Mungkin hal ini terjadi karena waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal
sebagai berikut:
(1) Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Ada 5 langkah (tahap) dalam proses keputusan inovasi yaitu (a) pengetahuan tentang inovasi, (b) bujukan atau imbauan, (c) penetapan atau keputusan, (d) penerapan (implementasi), dan (e) konfirmasi (confirmation).
(2 Kepekaan seseorang terhadap inovasi). Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dari urutan waktu, artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Orang yang menerima inovasi lebih dahulu secara reletif lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima inovasi lebih akhir. Jadi kepekaan inovasi ditandai dengan lebih dahulunya seseorang menerima inovasi dari yang lain dalam suatu sistem sosial (masyarakat). Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi dapat dikategorikan menjadi 5 kategori penerima inovasi yaitu: (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas, (e) terlambat (tertinggal).
(3) Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relatif diterimanya inovasi oleh warga masyarakat. Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah waktu masyarkat yang telah menerima inovasi. Oleh karen itu pengkuran kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat bukan penerimaan inovasi secara individual.
(4) Warga Masyarakat (anggota sistem sosial) ialah hubungan (interaksi antar individu atau orang dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Anggota sistem sosial dapat individu, kelompok-kelompok informal, organisasi, dan sub sistem yang lain. Contohnya: petani di pedesaan, dosen, dan pegawai di perguruan tinggi, kelompok dokter di rumah sakit, dan sebagainya. Semua anggota system sosial bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan bersama. Dengan demikian maka sistem sosial merupakan ikatan bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya anggota tentu saling pengertian dan hubungan timbal balik. Jadi sistem sosial akan mempengaruhi proses difusi inovasi, karena proses difusi inovasi terjadi dalam sistem sosial. Proses difusi melibatkan hubungan antar individu dalam sistem sosial, maka jelaslah bahwa individu akan terpengaruh oleh sistem sosial dalam menghadapi suatu inovasi. Berbeda sistem sosial akan berbeda pula proses difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan diberi fasilitas dengan cara dan perlengkapan yang sama.

C.  Peranan Guru dalam Difusi Inovasi di Dunia Pendidikan
Inovasi  Dalam bidang pendidikan, banyak usaha dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan tersebut, antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, dsb. Dalam hal implementasi inovasi di sekolah, maka guru merupakan faktor terpenting yang harus melaksanakan inovasi dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam           mendidik siswa.
b.      Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru.
c.       Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik.
d.      Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas.
e.       Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa.

D. Hambatan-hambatan dalam Proses Difusi Inovasi
            Dalam implementasinya kita sering mendapati beberapa hambatan yang berkaitandengan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa hampir setiap individu atau organisasi memiliki semacam mekanisme penerimaan dan penolakan terhadap perubahan. Segera setelah ada pihak yang berupaya mengadakan sebuah perubahan, penolakan atau hambatan akan sering ditemui. Orang-orang tertentu dari dalam ataupun dari luar sistem akan tidak menyukai, melakukan sesuatu yang berlawanan, melakukan sabotase atau mencoba mencegah upaya untuk mengubah praktek yang berlaku. Penolakan ini mungkin ditunjukkan secara terbuka dan aktif atau secara tersembunyi dan pasif. Alasan mengapa ada orang yang ingin menolak perubahan walaupun kenyataannya praktek yang ada sudah kurang relevan, membosankan, sehingga dibutuhkan sebuah inovasi. Fenomena ini sering disebut sebagai penolakan terhadap perubahan. Banyak upaya telah dilakukan untuk menggambarkan, mengkategorisasikan dan menjelaskan fenomena penolakan ini. Ada empat macam kategori hambatan dalam konteks inovasi. Keempat kategori tersebut adalah:
a) Hambatan psikologis
b) Hambatan praktis
c) Hambatan nilai-nilai, dan
d) Hambatan kekuasaan

a. Hambatan psikologis
Hambatan-hambatan ini ditemukan bila kondisi psikologis individu menjadi faktor penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih merupakan kerangka kunci untuk memahami apa yang terjadi bila orang dan sistem melakukan penolakan terhadap upaya perubahan. Kita akan menggambarkan jenis hambatan ini dengan memilih satu faktor sebagai suatu contoh yaitu dimensi kepercayaan/keamanan versus ketidakpercayaan/ketidakamanan karena faktor ini sebagai unsur inovasi yang sangat penting. Faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat mengakibatkan penolakan terhadap inovasi adalah: rasa enggan karena merasa sudah cukup dengan keadaan yang ada, tidak mau repot, atau ketidaktahuan tentang masalah. Kita dapat berasumsi bahwa di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau kelompok akan ada orang yang pengalaman masa lalunya tidak positif. Menurut para ahli psikologi perkembangan, ini akan mempengaruhi kemampuan dan keberaniannya untuk menghadapi perubahan dalam pekerjaannya. Jika sebuah inovasi berimplikasi berkurangnya kontrol (misalnya diperkenalkannya model pimpinan tim atau kemandirian masing-masing bagian), maka pemimpin itu biasanya akan memandang perubahan itu sebagai negatif dan mengancam. Perubahan itu dirasakannya sebagai kemerosotan, bukan perbaikan.
b. Hambatan praktis
            Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih bersifat fisik. Untuk memberikan contoh tentang hambatan praktis, faktor-faktor berikut ini akan dibahas:
1)                  Waktu
2)                  Sumber daya
3)                  System
Ini adalah faktor-faktor yang sering ditunjukkan untuk mencegah atau memperlambat perubahan dalam organisasi dan sistem sosial. Program pusat-pusat pelatihan guru sangat menekankan aspek-aspek bidang ini. Ini mungkin mengindikasikan adanya perhatian khusus pada keahlian praktis dan metode-metode yang mempunyai kegunaan praktis yang langsung. Oleh karena itu, inovasi dalam bidang ini dapat menimbulkan penolakan yang terkait dengan praktis. Artinya, semakin praktis sifat suatu bidang, akan semakin mudah orang meminta penjelasan tentang penolakan praktis. Di pihak lain, dapat diasumsikan bahwa hambatan praktis yang sesungguhnya itu telah dialami oleh banyak orang dalam kegiatan mengajar sehari-hari, yang menghambat perkembangan dan pembaruan praktek. Tidak cukupnya sumber daya ekonomi, teknis dan material sering disebutkan. Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering kurang diperhitungkan. Segala sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengalokasikan banyak waktu bila kita membuat perencanaan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah yang tidak diharapkan, yang mungkin tidak dapat diperkirakan pada tahap perencanaan, kemungkinan akan terjadi. Yang kedua, masalah pada bidang keahlian dan sumber daya ekonomi sebagai contoh tentang hambatan praktis. Dalam perencanaan dan implementasi inovasi, tingkat pengetahuan dan jumlah dana yang tersedia harus dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu yang sangat berbeda dari praktek di masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika ada perbedaan yang besar antara yang lama dengan yang baru. Dalam kasus seperti ini, tambahan sumber daya dalam bentuk keahlian dan keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa dana sangat dibutuhkan, khususnya pada awal dan selama masa penyebarluasan gagasan inovasi.. Ini mungkin terkait dengan kenyataan bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi, buku teks dll. diperlukan selama fase awal. Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering kali tidak disediakan dari anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya sering dibutuhkan selama fase penyebarluasan gagasan inovasi. Dalam kaitan ini penting untuk  dikemukakan bahwa dana saja tidak cukup untuk melakukan perbaikan dalam praktek. Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan orang-orang yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini merupakan faktor yang sama pentingnya. Dengan kata lain, jarang sekali kita dapat memilih antara satu jenis sumber atau jenis sumber lainnya, melainkan kita memerlukan semua jenis sumber itu. Jelaslah bahwa kurangnya sumber tertentu dapat dengan mudah menjadi hambatan.
c. Hambatan kekuasaan dan nilai
  Bila dijelaskan secara singkat, hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang dianut orang-orang tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut sejumlah orang lain. Jika inovasi berlawanan dengan nilai-nilai sebagian peserta, maka bentrokan nilai akan terjadi dan penolakan terhadap inovasi pun muncul. Apakah kita berbicara tentang penolakan terhadap perubahan atau terhadap nilai-nilai dan pendapat yang berbeda, dalam banyak kasus itu tergantung pada definisi yang kita gunakan. Banyak inovator telah mengalami konflik yang jelas dengan orang lain, tetapi setelah dieksplorasi lebih jauh, ternyata mereka mendapati bahwa ada kesepakatan dan aliansi dapat dibentuk. Pengalaman ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa sering kali orang dapat setuju mengenai sumber daya yang dipergunakan. Kadang-kadang hal ini terjadi tanpa memandang nilai-nilai. Dengan demikian kesepakatan atau ketidaksepakatan di permukaan mudah terjadi dalam kaitannya dengan aliansi. Sering kali aliansi itu terbukti sangat penting bagi implementasi inovasi.