A. Definisi Atensi
Atensi atau perhatian
adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi
dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun
proses kognitif
lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian
akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang
tertentu.
Gangguan atensi
dapat dikatakan apabila seorang anak tidak fokus dalam memperhatikan suatu hal
atau perhatiannya terpecah dan mudah beralih. Jadi, untuk suatu pekerjaan, dia
tidak bisa menuntaskannya. Sedikit-sedikit,
perhatiannya sudah berubah dan itu terjadi pada semua hal. Akan tetapi
kesimpulan bahwa seorang anak sulit konsentrasi, baru bisa didapat setelah
dibandingkan dengan anak normal umumnya. Seringkali anak-anak tersebut memiliki
taraf kecerdasan mendekati rata-rata atau mungkin lebih tinggi dari rata-rata
dan memiliki pendengaran dan penglihatan yang normal, tetapi mereka terlihat
memiliki kesulitan memproses informasi sensoris, cemas dan kurang motivasi atau
minat pada suatu hal (Lakoff, 2002)
B. Definisi Hiperaktif
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang
tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak
mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian. Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil
pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi
sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen
bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga
karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan
sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi
makanan. Anak hiperaktiv adalah anak
yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau
attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian,
biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena
keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif
sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. (Mudzakkir, 2010)
C. Faktor Penyebab Masalah
Gangguan Atensi Dan Hiperaktif
Penyebab gangguan defisit-atensi
tidak diketahui. Sebagian besar anak dengan GDAH tidak menunjukan tanda-tanda
cedera struktural yang besar pada sistem syaraf pusat. Sebaliknya, sebagian
besar anak dengan gangguan neurologis yang diketahui yang disebabkan oleh
cedera otak tidak menunjukan deficit atensi. Walau pun tidak adanya dasar
neurofisiologis atau neurokimia spesifik untuk gangguan, ganggguan dapat
diperkirakan berhubungan dengan berbagai gangguan lain yang mempengaruhi fungsi
otak, seperti gangguan belajar. Faktor penyumbang yang diajukan untuk GDAH
adalah pemaparan toksin pranatal, prematuritas, dan kerusakan mekanis pranatal
pada sistem saraf janin.
Beberapafaktor yang menyebabkan seorang anak mengalamai
gangguan atensi dan hiperaktif yaitu :
a.
Faktor genetik
Bukti-bukti untuk dasar genetic untuk
gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas adalah lebih besarnya angka kesesuaian
dalam kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik. Juga, sanak saudara
anak-anak hiperaktif memiliki risiko dua kali menderita gangguan dibanding
anpopulasiumum. Salah satu sanak saudara mungkin memiliki gejala hiperaktivitas
yang menonjol, dan yang lain memiliki inatensi yang menonjol.
b.
Cedera otak
Telah
lama diperkirakan bahwa beberapa anak yang terkena GDAH mendapatkan cedera otak
yang minimal dan samar-samar pada sistem saraf pusatnya selama periode janin
perinatalnya. Atau cedera otak mungkin disebabkan olehh efeksirkulasi, toksik,
metabolik, mekanik, danefek lain yang merugikan dan oleh stress dan kerusakan
fisik pada otak selama masa bayi yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, dan
trauma. Cedera otak yang minimal, samar-samar, dan subklinis mungkin
bertanggung jawab untuk timbulnya gangguan belajar dan GDAH.Tanda
neurologisnonfokal (lunak) sering ditemukan.
c.
Faktor neurologis
Otak
manusia normal menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa usia: 3
sampai 10 bulan, 2 sampai 4 tahun, 6 sampai 8 tahun, 10 sampai 12 tahun, dan 14
sampai 16 tahun. Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan
dan menujukan gejala GDAH yang tampaknya sementara. Suatu korelasi fisiologis
adalah ditemukannya berbagai pola elektroensefalogram (EEG) abnormal yang
terdisorganisasi dan karakteristik untuk anak kecil. Pada beberapa kasus temuan
EEG menjadi normal dengan berjalannya waktu.
d.
Faktor psikososial.
Anak-anakdalam institusi seringkali
overaktif dan memiliki rentang atensi yang buruk.Tanda tersebut dihasilkan dari
pemutusan emosional yang lama, dan gejala menghilang jika faktor pemutus
dihilangkan, seperti melalui adopsi atau penempatan di rumah penitipan.
Kejadian fisik yang menimbulkan stres, suatu gangguan dalam keseimbangan
keluarga, dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal atau
berlanjutnya GDAH.
D. Karakteristik Anak Dengan
Gangguan Atensi Dan Hiperaktif
1.
Karakteristik Anak dengan Gangguan
Atensi (Kobi, 2007)
a.
Mudah beralih perhatiannya (karena melihat atau mendengar sesuatu),
perhatian beralih minimal 3 kali selama tes karena stimuli lingkungan.
b.
Aktivitas tinggi, selalu berlari berkeliling & tidak mampu duduk
selama melakukan satu aktivitas; meninggalkan meja 3 kali atau lebih selama
tes, mungkin berdiri di atas meja tes, selama tes memerlukan istirahat beberapa
kali.
c.
Hanya bermain sebentar dengan satu mainan, untuk kemudian beralih ke
aktivitas yang baru.
d.
Impulsif dalam memegang sesuatu, perlu diingatkan 3 kali atau lebih
sebelum menyentuh sesuatu.
e.
Menghilang dari aktivitas, sulit untuk ikut aktivitas kembali, perlu
respon segera.
f.
Tidak dapat beralih fokus dari satu obyek ke obyek lain setelah bermain
dalam periode yang lama.
g.
Mudah menyerah bila frustrasi dan perlu dorongan untuk terus melakukan
aktivitas.
h.
Hanya memilih tugas yang mudah.
i.
Kegiatan tak bertujuan, tanpa eksplorasi yang terpusat.
j.
Tergantung pada orang dewasa untuk memusatkan perhatian selama aktivitas
bermain.
k.
Menjadi sangat gembira bila berada di keramaian, misalnya di pasar
swalayan atau restoran yang ramai.
2.
Karakteristik Anak dengan
Masalah Hiperaktif
Menurut buku ”Anak
Hiperaktif” (Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati) Ciri anak hiperaktif
atau anak penderita attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
(Mudzakkir, 2010)
a.
Tidak fokus
Anak
dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak
memiliki focus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak
mampu melakukan sosialisasi dengan baik.
b.
Sulit untuk
dikendalikan
Anak
hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi.
Tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.
c. Impulsif
Melakukan
sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan
memegang apapun yang ada di depannya. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi
pada anak usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.
d.
Menentang
Umumnya
memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati. Penolakannya
ditunjukkan dengan sikap cuek.
e.
Destruktif
Destruksif
atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung menghancurkan
sangat besar.
f.
Tidak kenal lelah
Sering
tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua
kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
g.
Tidak sabar dan usil
Ketika
bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula
mengusili teman-temannya tanpa alas an yang jelas.
h . Intelektualitas rendah
Sering kali anak
dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-rata anak
normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu
sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
E. Identifikasi Masalah
Gangguan Atensi Dan Hiperaktif Pada Anak
Gangguan
atensi dapat dikatakan apabila seorang anak tidak fokus dalam memperhatikan
suatu hal atau perhatiannya terpecah dan mudah beralih. Jadi, untuk suatu
pekerjaan, dia tidak bisa menuntaskannya. Anak dengan gangguan atensi akan
mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat dan tidak luwes. Mereka juga
kadang salah dalam mengartikan informasi yang diterimanya, sulit memahami atau
mengerti penjelasan gurunya(Lokaff, 2002)
Gangguan Hiperaktifditandai dengan adanya gejala ketidakmampuan anak
untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang
perhatiannya sangat buruk atau sangat singkat waktunya dibandingkan dengan
anak-anak lain yang seusianya. Anak dengan gangguan hiperaktif mengalami berbagai hambatan dalam
perkembangannya, baik yang berkaitan dengan akademik, penyesuaian sosial,
emosi, tingkah laku, kognitif dan fisikal.
Anak dengan gangguan hiperaktif memiliki beberapa ciri perilaku
antara lain:
1. Mereka seringkali sulit konsentrasi dalam belajar sehingga tidak
mudah bertahan dalam rentang perhatian yang lama dan sulit menyimpan informasi
yang sudah dipelajari semalaman untuk dipertahankan sampai di sekolah saat
ulangan.
2. Ketika menjalin relasi sosial
mereka cenderung bersikap tidak matang, mau menang sendiri, tidak sabar
menunggu giliran, dan ingin kemauannya segera dituruti.
3. Ketika menulis atau mencatat mereka seringkali tertinggal dan
akhirnya tidak selesai mengerjakan tugasnya di sekolah. Selain itu sering dijumpai
bahwa tulisan mereka tidak lengkap, ada huruf tertentu atau angka tertentu yang
hilang atau ada kata/kalimat yang terlewati. Bahkan mereka juga bisa mengalami
salah melihat atau membaca tanda baca (+,‐ , : , dan x), kata dan kalimat.
Selain itu ciri anak dengan gangguan
hiperaktif memiliki aktivitas motorik lebih dari rata‐rata anak seusianya, bila duduk tidak bisa diam, tidak bisa duduk
lama selalu bergerak, berjalan‐jalan, impulsif,
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan tidak pernah berhenti bicara. Ia
juga memiliki aktivitas kognitif dengan perhatian mudah beralih, rentang
pemusatan perhatian pendek, sulit mengikuti beberapa instruksi secara
berurutan, cepat lupa, mudah gusar, tidak mudah jera, toleransi terhadap
frustrasi rendah, melamun, dan murung bila dibandingkan dengan anak seusianya.
Orang tua dapat bekerjasama dengan
guru dan pihak sekolah untuk membantu anak dengan gangguan hiperaktif menyesuaikan
diri dengan tuntutan belajar di sekolah dan meningkatkan ketrampilan sosialnya,
antara lain:
1. Pengaturan posisi duduk anak sebaiknya di depan, dekat dengan meja
guru. Posisi tersebut paling ideal karena guru dapat memantau dengan mudah
kegiatan belajar anak di kelas dan anak lebih mudah memusatkan perhatiannya
pada guru ketika mengajar.
2. Menempatkan teman yang tepat
untuk duduk dekat posisinya. Teman yang tepattersebut memiliki kriteria,
antaralain: kematangan perkembangannya sesuai dengan usianya, bisa menjadi
motivator, pengawas, dan pendamping kegiatan belajar di kelas.
3. Bentuk evaluasi belajar (tes)
anak di sekolah bisa disampaikan secara lisan. Hal ini membantu anak untuk bisa
mencapai hasil evaluasi (tes) yang lebih optimal dibandingkan anak harus
menulis.
4. Pelaksanaan evaluasi belajar (ulangan) diusahakan dapat dilakukan
pada awal jam pelajaran sekolah (jam pertama ‐ ketiga). Hal ini perlu dilakukan untuk semua anak karena kondisi
yang letih akan mempengaruhi konsentrasi dan daya ingat anak, khususnya pada
anak dengan gangguan hiperaktif.
5. Guru dapat memberikan waktu khusus bagi anak untuk mengejar
ketinggalan dalam mencatat atau mengoreksi kesalahan tulisannya setiap hari
setelah pelajaran sekolah berakhir.
6. Apabila kondisi memungkinkan, anak diijinkan menggunakan notebook
karena akan membantu kecepatan anak untuk mencatat dibandingkan harus
menulis dengan tangan.
7. Anak diijinkan untuk merekam materi pelajaran yang disampaikan guru
secara lisan karena akan membantu anak untuk lebih mudah mempelajari kembali
pelajaran daripada anak harus banyak mencatat dan membaca tulisannya yang
seringkali tidak lengkap karena sering tertinggal.
8. Anak dibiasakan untuk memeriksa kembali hasil pekerjaannya sebelum
diserahkan pada guru dan memeriksa buku‐buku dan perlengkapan sekolah setiap kali sebelum dan sesudah pulang
sekolah.
9. Sekolah dapat menyediakan modul belajar dan lembar kerja siswa untuk
masing‐masing pelajaran
sehingga anak tidak terlalu banyak mencatat.
10. Tugas tanggung jawab sederhana yang dapat melatih anak beinteraksi
sosial dan peduli terhadap keadaan teman dapat diserahkan pada anak, seperti:
mendata jumlah teman-teman yang hadir dan yang tidak hadir di kelas, menelpon
teman yang sakit, dan atau memperhatikan/ mengingatkan tanggal ulangtahun
setiap teman di kelas, dsb. (Fitri, 2011)
F.
Dampak dari Anak dengan Gangguan Atensi dan Hiperaktif
Beberapa dampak dari anak dengan
gangguan atensi dan hiperaktif sebagai berikut.
a.
Kurangnya penyerapan pelajaran,
Siswa
dengan gangguan atensi tentu tidak bisa berkonsentrasi sehingga guru dituntut
untuk bersabar dan bekerja lebih dalam menyampaikan materi. Guru juga harus
menyiapkan segala sesuatunya agar pembelajaran lebih menarik. Dalam buku pendidikan anak berkebutuhan
khusus halaman 79 disebutkan bahwa “…diperlukan program khusus, antara lain
latihan konsentrasi, bimbingan gerak yang bermanfaat, materi yang menarik dan
tidak terlalu panjang durasinya, latihan kedisiplinan, latihan penenangan
emosi, dan penyesuaian diri. ” Selain
itu, hal yang sangat penting adalah perhatian dan kasih sayang dari guru.
b.
Berisik
Siswa hiperaktif cenderung berisik
tidak bisa diam sehingga mengganggu konsentrasi siswa lain. Tidak sedikit
teman-temannya tidak menyukai anak yang hiperktif.
c.
Siswa cenderung mendapatkan
perlakuan yang salah dari keluarga, dan/atau lingkungan masyarakat
Seorang
anak dengan gangguan atensi dan hiperaktif biasanya dekat dengan hal negatif,
seperti “bodoh”, “nakal” dan “bandel”, sehingga cenderung mendapatkan perlakuan
yang kasar dan bersifat memaksakan kehendak dari keluarga dan masyarakat.
d.
Gangguan membaca
Dalam
ipaperfakultaskedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, anak dengan
gagangguan atensi dan hiperaktif cenderung mengalami kesulitan dalam membaca.
Hal itu dikarenakan membaca membutuhkan ketenangan dan konsentrasi yang justru
tidak dimiliki anak-anak dnengan gangguan atensi dan hiperaktif. (Ipaper, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Fitri. (2011). Gangguan Pemusatan Perhatian. (Online). Tersedia:
http://Skydrugz.blogspot.com/2011/02/makalah-gangguan-pemusatan-no
name, 2009perhatian.html?m=1[11
September 013]
Kobi. (2007). Karakteristik
Anak dengan Gangguan Atensi. (Online). Tersedia:
http://kobalsangaji.blogspot.com/2007/08/anak-tidak-busa-konsentrasi-gangguan.html[11 September 2013]
Lakoff, A. (2002). Adaptive will: the evolution of attention deficit disorder. Journal of
the History of the Behavioral Sciences, 36 (2), 149 –169.
[10 September 2013]
Mudzakkir. (2010). Pengertan Anak Hiperaktif. (Online).
Tersedia: http://ideguru.wordpress.com/2010/04/08/pengertian-anak-hiperaktif/
[11 September 2013]
Mudzakkir. (2010). Ciri-Ciri Anak Hiperaktif atau Penderita
ADHD. (Online). Tersedia:
http://ideguru.wordpress.com/2010/04/08/ciri-ciri-anak-hiperaktif-atau-penderita-adhd/[11 September 2013]
Nani, E. (2010). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: CV. Catur Karya
Mandiri.
nn.(2009). Gangguan Belajar pada
Anak. (Online). Tersedia:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar