Kamis, 21 Februari 2013

Globalisasi


A.    Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bantuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu Negara menjadi semakin sempit.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran Negara atau batas-batas Negara.
Menurut asal katanya, kata “globalisasi”diambil dari kata global, yang maknanyaialah universal.  Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu prosesmanjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah, yang akan membawa selurh bangsa dan Negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat.
Disisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh Negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negativ atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan Negara-negara kecil  makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing . sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksukan orang dengan globalisasi:
1.      Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
2.      Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
3.      Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
4.      Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
5.      Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
Dapat disimpulkan bahwa Globalisasi ialah suatu proses dimana antar individu, antar kelompok, dan antar Negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintas batas Negara.

B.     Proses Globalisasi
Proses globalisasi lahir dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, tranportasi, dan komunikasi. Teknologi satelit, telepon, dan internet membuat semakin dekat, waktu tempuh hampir tidak ada, dan dunia seolah tanpa batas penghalang. Kemajuan dalam bidang transportasi membuat orang dengan mudah bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Pergerakan ini tidak hanya membawa pengalaman dan wawasan tentang suatu daerah, tetapi budaya pun dengan cepat menyebar. Televise dengan berbagai saluran, film layar lebar, radio, CD (Compac Disc), koran, majalah, dan sebagainya menjadi alat yang sangat efektif untuk menyebarkan berbagai budaya di dunia.
Globalisasi akan memberikan corak budaya baru, dan memberi dampak yang luas terhadap kebebasan budaya setempat dan mengukuhkan dominasi budaya barat dalam budaya masyarakat di negara-negara berkembang melalui penjajahan baru, yaitu penjajahan kebudayaan. Kebudayaan baru yang berasaskan perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan satelitakan merombak dan mengubah nilai dan sistem budaya masyarakat Negara berkembang selaras dengan visi dan misi globalisasi barat. Gelombang kebudayaan baru yang terjadi melalui pendominasian budaya akan menjadikan Negara berkambang semakin bergantung dan terikat pada keputusan yang dibuat oleh penguasa barat.
Globalisasi dan perkembangan teknologi ini megharuskan penduduk dunia untuk bersatu dalam menentukan masa depan dunia yang lebih baik dan terjamin. Isu global yang tengah melanda dan mulai terasa member kesan buruk kepada masyarakat dunia menjadi agenda yang menarik perhatian semua pihak. Kesadaran untuk membentuk masyarakat dan pemimpin dunia yang bertanggung jawab untuk menjaga kepentingan, keselamatan, dan keamanan dunia membuka perspektif baru dalam pendekatan isu globalisasi, yaitu isu yang mengancam dunia masa kini dan masa depan.
Naisbitt dan Aburdene membuat prediksi bahwa menjelang berakhirnya abad XX, di dunia terjadi kecenderungan-kecenderungan perubahan yang maha besar. Mereka menyebutnya “Megatrends 2000”. 
Megatrend tidak datang dan pergi begitu saja. Perubahan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang besar ini terbentuk secara lambat laun dan akan terjadi. Mereka mempengaruhi kita untuk beberapa waktu antara tujuh dan sepuluh tahun, atau lebih lama lagi. Mereka memiliki jangkauan dan rasa dari nilai perubahan suatu dasawarsa.
Pada 1982, didalam buku megatrends, Naisbitt dan Aburdene mendeskripsikan trend-trend yang membentuk tahun 1980-an. Perubahan-perubahan tersebut sebagai berikut:
1.      Masyarakat Industri menjadi Masyarakat Informasi.
2.      Teknologi Paksa menjadi High Tech/High Touch.
3.      Ekonomi Nasional menjadi Ekonomi Dunia (Globalisasi ekonomi).
4.      Jangka Pendek menjadi Jangka Panjang.
5.      Sentralisasi menjadi Desentralisasi.
6.      Bantuan Institusional menjadi Bantuan Diri.
7.      Demokrasi Representatif menjadi Demokrasi Partisipatif.
8.      Hierarki menjadi Jaringan.
9.      Utara menjadi Selatan.
10.  Salah Satu menjadi pilihan Berganda.
“Kita sedang tenggelam di dalam informasi dan kelaparan akan pengetahuan,” demikian Naisbitt dan Aburdene meulis di dalam Megatrends.  Dalam waktu urang dari sepuluh tahun, pertumbuhan informasi semakin cepat.
Media elektronik dapat menembus ruang dan waktu. Fakta dan informasi yang terjadi di suatu Negara dapat diakses oleh Negara lain yang beribu-ribu kilometer jaraknya dalam waktu yang sama. Informasi tidak dapat lagi dibendung oleh dinding pemisah. Informasi dapat masuk ke kamar pribadi yang tertutup dan terkunci rapat dengan hanya melihat dan mendengarkannya melalui media yang ukurannya relative kecil. Konsekuensinya, proses sensor informasi semakin terbuka lebar, sedangkan dipihak lain informasi semakin deras masuk ke lingkungan kehidupan yang semakin pribadi. Karena itu, salah satu alat sensor atau filter informasi dengan sejumlah kekuatannya itu adalah kesiapan mental setiap individu penerima informasi tersebut.
Pada hakikatnya, informasi tidak hanya berisi pesan yang mengandung makna positif atau negatif, tetapi juga mengandung makna yang berkaitan langsung dengan dimensi sosial dan nilai budaya. Terlebih lagi jika informasi tersebut berasal dari mesyarakat dengan kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, akan terjadi proses akulturasi pada tata nilai budaya yang mengakibatkan terjadinya transformasi kebudayaan baru.
Globalisasi diyakini oleh banyak orang sebagai jawaban atas terjadinya pangsa pasar internasional sehingga membantu banyak Negara berkembang secara cepat. Globalisasi telah memberikan akses, alih pengetahuan, dan membuat Negara-negara dunia berkembeng mendapatkan ilmu dari Negara-negara maju.
Ada 3 institusi yang memainkan peranan penting dalam globalisasi, yakni Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pada dasarnya, ketiga institusi besar ini mempunyai peranan dalam system ekonomi internasional, terutama IMF yang mempunyai tugas menstabilkan ekonomi global.

C.     Aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi dan Arus Globalisasi
Berkembengnya arus globalisasi jelas memberikan dampak pada kebudayaan manusia. Banyak terlihat jelas pada perubahan dan pergeseran pola hidup masyarakat, yaitu:
1.      Agraris tradisional menjadi masyarakat industri modern;
2.      Kehidupan berasaskan kebersamaan menjadi kehidupan invidualis;
3.      Kehidupan lamban menjadi kehidupan serba cepat;
4.      Kehidupan berasa nilai sosial menjadi konsumeris materialis;
5.      Kehidupan yang bergantung pada alam menjadi kehidupan menguasai alam;
Dari contoh tersebut, terdapat beberapa macam pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Pengaruh tersebut dapat dibagi menjadi 2 macam aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif.  
1.      Aspek Positif
Berikut ini beberapa aspek positif dari perkembangan teknologi dan arus globalisasi.
a.       Pola hidup yang serba cepat
Teknologi memberikan manfaat waktu bagi masyarakat, misalnya yang dikembangkan dalam bidang pertanian. Penelitian bibit unggul, pembuatan mesin traktor, dan cara penggarapan sawah yang baikmembuat petani yang awalnya memanen padinya 6 bulan sekali sekarang sudah dapat memanen padinya setiap 3 bulan sekali.
b.      Pesatnya Perkembangan Informasi dan Transportasi
Perkembangan teknologi informasi sangat besar manfaatnya mulai dari telepon seluler, internet, dan televisi. Manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan adanya perkembangan informasi sangat banyak. Misalnya, dengan adanya internet kita dapat mencari ilmu pengetahuan secara gratis dan berlimpah. Selain itu, dengan mudah kita mendapatkan informasi yang cepat dan akurat.
c.       Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang Melimpah
Teknologi berperan besar dalam pemanfaatan sumber daya alam, mulai dari sumber daya alam potensial, pengolahan sumber daya alam, dan pemanfaatan sumber daya alam. Dengan adanya pemanfaatan sumber daya alam memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat. Misalnya, pemanfaatan sumber daya emas di Papua akan memberikan peluang kerja bagi masyarakat Papua itu sendiri.
2.      Aspek Negatif
Perkembangan teknologi juga memberikan efek negatif bagi masyarakat, diantaranya:
a.       Beralihnya masyarakat agraris menjadi masyarakat industri modern.
b.      Perubahan dari kehidupan berasaskan kebersamaan menjadi kehidupan individualis.
c.       Masuknya pola hidup budaya barat.

D.    Macam-macam Globalisasi
Ada 2 macam globalisasi yaitu:
1.      Globalisasi Perekonomian
Globalisasi perekonomian merrupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara diseluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintregasi dengan tanpa rintangan baras teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, dan jasa.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
a.       Globalisasi Produksi
b.      Globalisasi Pembiayaan
c.       Globalisasi Tenaga Kerja
d.      Globalisasi perdagangan
Thompson mencatat bahwa kaum globalisasi mengklaim saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengrai dengan adanya kekuatan pasar dunia. Dibawah ini ada beberapa kebijakan dan keburukan globalisasi ekonomi, diantaranya:
a.       Kebijakan globalisasi ekonomi
1)      Produksi global dapat ditingkatkan
2)      Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara
3)      Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
4)      Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
5)      Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
b.      Keburukan globalisasi ekonomi
1)      Menghamabat pertumbuhan sektor industri
2)      Memperburuk neraca pembayaran
3)      Sector keuangan semakin stabil
4)      Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
2.      Globalisasi Kebudayaan
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang tedapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila di sadari bahwa tingkah laku seseorang sangat depengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini (Lucian W. Pye,1966).
Namun perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai saran utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri perkembangan globalisasi kebudayaan:
a.       Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
b.      Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan   akses suatu individu terhadap kebudayaan lain diluar kebudayaannya.
c.       Berkembangnya turisme dan pariwisata.
d.      Semakin banyak imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
e.       Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film, dan lain-lain.
f.       Bertambah banyaknya ivent-ivent berskala global, seperti piala dunia.

E.     Globalisasi sebagai Tantangan
Globalisasi adalah gejala menyatunya kehidupan manusia di dunia tanpa mengenal batas-batas fisik geografik dan social. Ia dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat dalam bidang teknologi yang dikenal dengan istilah triple “T” Revolucion, yaitu perkembangan kemajuan di sector teknologi komunikasi informasi, transfortasi dan trade (liberalisasi perdagangan).
Terdapat empat jenis proses yang menyatukan kehidupan manusia, yaitu citra global, mal global, tempat kerja global, dan keuangan global.
Globalisasi merupakan tantangan, dan menurut Champy, lingkungan yang mampu menghadapi tantangan masa depan itu yaitu lingkungan yang merangsang pemikiran majemuk. Lingkungan itu tidak mungkin lagi ditentukan oleh produsen, tetapi oleh suatu tim yang sadar akan tujuan yang akan dicapai dan peka terhadap keinginan konsumen. Untuk memenuhi selera pasar “konsumen” diperlukan manusia-manusia yang menguasai ilmu dan keterampilan tertentu serta menjalankan intruksi pimpinan dengan penuh tanggung jawab. Masyarakat masa depan merupakan masyarakat “meritokrasi”, yaitu masyarakat yang menghormati pestasi daripada statusnya dalam organisasi. Selain itu lingkungan yang menghormati seseorang yang dapat menuntaskan pekerjaannya dan bukan berdasarkan kedudukannya didalam organisasi.
Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yang telaqh menyatukan kehidupan manusia maka timbul kesadaran yang lebih interen terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu kehidupan demokrasi semakin mrak dan manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk penindasan, kesengsaraan, dictator dan perang. Oleh karena itu liberalisasi dalam bidang ekonomi ini menuntun liberalisasi dalam bidang p[olitik, dimana keduanya harus berjalan seiring dan saling menunjang.
Manusia ingin hidup bersama, saling bantu, saling menguntungkan didunia. Solideritas umat manusia semakin kental dan semakin bersatu dank arena itu menuntut pula pendidikan yang lebih baik, derajat kesehatan yang lebih tinggi (peningkatan sumber daya manusia), penghapusan kemiskinan dan hidup bersama dalam suasana damai. Nilai-nilai positif dari globalisasi (kesejagatan) ini mempunyai dimensi baru yang tidak dikenal sebelumnya seperti kriminalitas internasional, pembajakan dan terorisme internasional, penyakit baru yang dengan cepat menyebar ke seantero dunia. Transformasi ini berjalan dengan menghadapi tantangan sebagaimana dikatakan oleh John Naisbitt, globalisasi mengandung berbagai paradox.
Disatu pihak, ekonomi global menuju satu kesatuan, tetapi dipihak lain terjadi tren politik lahirnya ratusan Negara baru. Dalam kaitan ini, apakah globalisasi itu akan menghilangkan nation state (Negara bangsa) dan identitas bangsa. Buah pikiran Kenechi Ohmae dalam “Dunia tanpa batas” bukan dimaksudkan demikian. Apa yang dikemukakan terutama dlam bidang bisnis komunikasi dan informasi memang akan menebus batas-batas nation, tetapi tidak dengan sendirinya menghilangkan identitas suatu bangsa.
Apabila kita mengenal bentuk-bentuk budaya yang terikat pada waktu dan pada tempat yang beraneka ragam dengan kekhasannya, kini dengan proses globalisasi menjadi ancaman. Kontak budaya tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin lancer. Terjadilah relativisasi nilai budaya dan memungkinkan munculnya sinkretisme budaya yang sifatnya transnasional.
Di sisi lain kita melihat akibat desploitasi sumber daya, gaya hidup yang konsumerisme, urbanisasi dan pembangunan yang ekstensif dan intensif dengan segala eksesnya menjadi bencana bagi umat manusia dan makhluk hidup lainnya di planet bumi yang hanya satu ini.
Di sisi lain kita melihat keterbatasan daya dukung planet bumi karena terbatasnya sumberdaya alam dan jumlah penduduk yang terus bertambah secara eksponensial serta perusakan bumi oleh manusia itu sendiri. Melihat hal ini kita bias berpandangan pesimis, namun ada juga yang berpandangan optimis karena pada dasarnya manusia dapat memecahkan masalahnya sendiri akibat dari kemampuan teknologi yang diciptakan.
Dalam kondisi ini muncul gagasan yang optimis, yaitu hendaknya umat manusia membuat suatu “kampung global” (global village) tempat hidup manusia bersama-sama memecahkan masalahnya mengenai dunia yang makmur damai dan sejahtera. Sejalan dengan itu gagasan pemerintahan global (global goverment) diutarakan karena kekhawatiran uamt manusia atas bumi yang memerlukan pemeliharaan agar pembangunan dapat berkesinambungan (sustainable development).

F.      Globalisasi dan Nasionalisme
Globalisasi memang sering diyakini oleh sebagian pengamat sebagai ancaman memudarnya nasionalisme. Globalisasi yang dipercepat dengan pertumbuhan luar biasa dari media massa melalui media telekomunikasi dianggap akan menghilangkan batas geografi suatu Negara. Akibatnya, nasionalisme akan kehilangan wujud aslinya dan berganti menjadi universalisme atau globalisme dimana orang akan menjadi warga dunia, bukan warga suatu Negara yang batas-batasnya sudah jelas atau tertentu. Akan tetapi, ada yang berpendapat bahwa Negara tidak akan terhapus oleh globalisasi karena itu perbincangan mengenai nasionalisme tetap relevan. Perkembangan dunia hingga saat ini nampaknya masih memperkuat pendapat terakhir. Hal ini mengingat bahwa:
1.      Manusia itu sendiri bukanlah semata-mata sekedar suatu mass product, tetapi sebagai makhluk yang berakal, berperasaan dan berbudaya. Berbeda dengan komoditi perdagangan yang merupakan hasil cipta, karsa, rasa dari umat manusia. Oleh karena itu, budaya umat manusia yang beraneka ragam yang lahir dari hakikat manusia itu sendiri tidak akan dikorbankan dalam proses globalisasi.
2.      Fitrah manusia sebagai makhluk sosial, yang bergolong-golongan maka globalisasi tersebut nampaknya tidak akan menghilangkan perasaan kebangsaan.
3.      Proses globalisasi tidak akan berjalan secara mekanistik, pada akhirnya proses tersebut diciptakan dan dikendalikan oleh manusia. Oleh karena itu, manusia harus dipersiapkan untukmenghayati dan menanggulangi serta melaksanakan proses tersebut agar terkendali.

G.    Paradigma Pancasila dalam Menghadapi Globalisasi
Di dalam menghadapi era globalisasi sebagai suatu tantangan dan sekaligus peluang yang harus diraih berpijak pada budaya bangsa. Sebagai bangsa Indonesia kita tidak boleh tercabut dari akar budaya bangsa yaitu Pancasila. Budaya Pancasila itulah yang menjadi jati diri bangsa Indonesia  yang menentukan cara berpikir, cara bertindak, dan cara bersikap kita dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan berbegara dalam menghadapi tantangan globalisasi. Isu globalisasi seperti demokratisasi, hak asasi manusia (human rights) dan lingkungan  hidup harus dilihat dan dikaji bertitik tolak pada paradigm (sudut pandang) Pancasila.
Menurut Notonegoro (1959), kebudayaan Indonesia merupakan proses pemanusiaan diri dalam bentuk keselarasan, keserasian, dan keseimbangan hidup. Oleh para pemikir bangsa dirumuskan secara ringkas dan padat dalam Pancasila (Ideologi Pancasila). Ideologi itulah yang membimbing cara berpikir kita (metode berpikir).Secara umum,pengertian metode berpikir ialah proses kejiwaan manusia dalam menanggapi objek-metode berpikir dari setiap ideology selalu bereferensi pada pandangan ideology yang bersangkutan mengenai “siapa itu manusia” .
1.      Individualisme
Manusia dilahirkan “bebas” dan dibekali oleh penciptanya dengan sejumlah hak asasi.Dalam hal ini,yang terpokok adalah freedom(kebebasan).Berdasarkan nilai kebebasan ini maka metode berpikirnya berwatak individualistic dan dinamai metode dan berpikir liberal.
2.      Ideologi Komunis
Berdasarkan pada premis bahwa semua materi berkembang mengetahui hukum,kontradiksi dengan menempuh proses “dialektik”.Manusia itu mengembangkan diri dengan bertindak keluar melalui  kerja dan kegiatarn  dan dengan demikian saling berpengaruh secara kontradiktif dengan lingkungannya dengan kemudian dikuasai oleh lingkungannya.Ciri dari konsep dialkektik tentang manusia ialah bahwa tidak terdapat sifat permanen pada diri manusia.
3.      Pancasila
Konsep manusia menurut ideology Pancasila ialah manusia itu makhluk individu serentak makhluk sosial.Secara kodrati manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri manusia yang satu memerlukan manusia yang lain.Hakikat dari konsep manusia menurut Pancasila adalah “saling tergantung antar manusia”.Saling tergantung mempersyaratkan interaksi “saling memberi” antara manusia dalam “kekeluargaan”.Pasangan saling berhubungan,saling ketergantungan,saling member adalah cirri pokok dari kondisi “integrasi”.
            Tiap ideology dengan sendirinya memiliki konsep dasar beserta sejumlah konsep kunci yang taat asas dan berpautan dengan konsep dasar dari ideologi. Dalam ideology komunis manusia sebagai individu dipandang tidak memiliki arti, oleh karena ideology ini kontradiksi terhadap kapitalisme. Sedangkan pandangan pancasila serba integralistis. Segala sesuatu dialam semesta ini saling berkaitan satu sama lain. Beberapa konsep dasar pancasila adalah Kemaha Esaan Tuhan, manusia adalah makhluk individu serentak sebagai makhluk sosial “integralisme”.
            Bangsa Indonesia harus berpijak dan berpegang pada paradigm dan metode berpikir pancasila dalam menghadapi tantangan, meraih peluang dan menghancurkan ancaman yang mungkin timbul di era kesejagatan ini (globalisasi). Dengan paradigma dan cara berpikir pancasila dipilih mana yang tepat untuk bangsa Indonesia agar identitas dan integritas tetap lestari. Dengan paradigma dan cara berpikir Pancasila itu kita dapat meraih segala peluang, untuk membangun bangsa agar kelangsungan hidup bangsa ini tetap terpelihara dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita nasional. Dengan kata lain, di era kesejagatan ini kita harus siap menghadapinya dengan landasan dan cara berpikir Pancasila. 

H.    Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Globalisasi merupakan suatu kenyataan yang sulit dihindarkan sebagai akibat semakin membaiknya jaringan transportasi dan komunikasi di dunia. Gerak manusia dan barang antar daerah menjadi cepat, mudah, dan relatif murah.
      Respon bangsa Indonesia terhadap globalisasi adalah sebagai peluang dan tantangan. Peluang berarti setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memanfaatkanj situasi ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik, sedangkan tantangan berarti setiap orang diberi kesempatan untuk berkompetisi dan menunjukan kemampuannya. Peluang dan tantangan yang dapat kita peroleh dari globalisasi adalah sebagai berikut.
  1. Pasar bebas, yaitu pasar dimana suatu produk menjadi semakin luas dan pemasarannya semakin banyak.
  2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dengan mudah dan cepat diterima.
  3. Wawasan budaya semakin luas. Hal ini memudahkan orang untuk beradaptasi dengan masyarakat lain.
  4. Peluang dan tantangan bisnis dalam bidang kepariwisataan semakin terbuka.
  5. Lapangan kerja semakin terbuka dan banyak.

  1. Pengaruh Teknoklogi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Globalisasi adalah suatu proses penyebaran unsure-unsur baru yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Secara terbatas, globalisasi dibentuk untuk kemajuan teknologi dibidang komunikasi dunia. Selanjutnya, media informasi akan berdampak negative jika menghambat atau merusak tercapainya tujuan pembangunan.
Arus globalisasi yang membawa perpindahan teknologi dari Negara maju ke Negara berkembang diperkirakan akan member pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan dan kemajuan pembangunan di Negara-negara berkembang. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi adalah adanya satelit internet, multimedia, dan telekomunikasi yang akan membawa perubahan pada dunia baru dan pergeseran peradaban di era millennium baru.

  1. Pengaruh Pasar Bebas Terhadap Negara Berkembang
Keterbukaan terhadap perdagangan internasional bukanlah fenomena baru bagi Negara berkembang. Aspek terpenting dari globalisasi perdagangan bagi mayoritas Negara-negara berkembang adalah terus merosotnya nilai tukar komoditas ekspornya dan tingginya kuantitas impor produk-produk manufaktur. Selain itu persoalan lain yang dihadapi oleh Negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia adalah tekanan-tekanan untuk membebaskan bea impor melalui persyaratan pinjaman. Ketidak seimbangan dalam perjanjian-perjanjian serta persoalan-persoalan yang muncul dari keharusan mereka untuk memenuhi sejumblah perjanjian dengan badan perdagangan internasional.
Globalisasi ekonomi bukanlah proses yang baru. Sejak lima abad yang lalu perusahaan-perusahaan di Negara-negara yang perekonomiannya telah maju, telah meluaskan jangkauan aktivitas produksi dan perdagangan keberbagai belahan dunia. Namun sejak dua hingga tiga decade lalu, globalisasi ekonomi telah semakin mempercepat perluasan jangkauan tersebut. Hal ini sebagai akibat dari berbagai factor, seperti perkembangan teknologi dan kebijakan-kebijakan liberalisasi yang telah menjalar ke seluruh dunia.
Aspek-aspek terpenting yang tercakup dalam proses globalisasi ekonomi adalah runtuhnya hambatan-hambatan ekonomi nasional, meluasnya aktivitas-aktivitas produksi, keuangan, perdagangan secara internasional, serta semakin berkembangnya kekuasaan perusahaan-perusahaan transnasional dan institusi-institusi moneter internasional.

  1. Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa dan Negara Indonesia
Globalisasi dapat memberikan pengaruh positif jika kita dapat beradaptasi dengan baik, yaitu meningkatkan kualitas diri dan selektif terhadap pengadopsian budaya luar. Dari sudut kebudayaan, globalisasi dapat memperluas wawasan budaya, meningkatkan kemampuan bahasa asing, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap mental kearah yang lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja, dan memberikan arah dalam perilaku. Gobalisasi dapat menimbulkan dampak negative jika tidak disertai dengan usaha beradaptasi melalui peningkatan kualitas diri dan tidak selektif mengadopsi budaya luar yang datang.
Berikut ini beberapa dampak positif dari globalisasi.
a.       Perubahan sistem pengetahuan
Pembangunan nasional telah member kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia untuk memperoleh pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan Peguruan Tinggi.
b.      Perubahan niali budaya
Akibat dari globalisasi banyak nilai yang berkembang pada jaman penjajahan hilang, seperti kolonialisme, liberalisme, rasialisme, kapitalisme, otoriterisme, sukuisme, dan feodalisme. Sebaliknya, nilai budaya toleransi dalam kehidupan beragama, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, cinta tanah air, gotong royong, dan kekeluargaan.
c.       Perubahan etos budaya
Dengan dilaksanakannya pembangunan di Indonesia maka etos budaya setiap suku bangsa mengalami perubahan. Contohnya, orang yang berpandangan makan tidak makan yang penting kumpul mulai berangsur-angsur ditinggalkan.
d.      Perubahan kepercayaan
Kepercayaan sebagai salah satu unsure budaya cenderung berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini sejalan dengan perubahan pandangan hidup, etos, dan pengetahuan. Perubahan system dalam masyarakat Indonesia merupakan dampak dilaksanakannya modernisasi melalui pembangunan nasional.
e.       Perubahan pandangan hidup
Perubahan pandangan hidup masyarakat Indonesia dewassa ini tampak jelas dari perubahan sikap, perilaku, dan hasil karyanya. Berkat pembangunan berkembanglah pandangan tentang pentingnya keseimbangan antara pembangunan material dan spiritual, berkembangnya pandangan tentang perlunya prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan, kesetiakawanan social, dan kekeluargaan.
Adapun dampak negative dari globalisasi, yaitu sebagai berikut.
a.       Keguncangan Budaya (cultural shock)
Keguncangan budaya adalah keguncangan-keguncangan jiwa dan mental seseorang atau masyarakat sebagai akibat belum siapnya menerima kebudayaan asing yang datang secara tiba-tiba. Pada tahap awal, orang atau masyarakat itu mungkin akan merasa mendapatkan pengalaman baru yang menarik, tetapi ketika masuk kedalam system baru itu akan timbul rasa tertekan dan frustasi. tahap inilah yang disebut dengan cultural shock. Jika keadaan ini terus dibiarkan, kan mengganggu keseimbangan jiwanya dan berdampak negatif, seperti bunuh diri atau gila. Akan tetapi, jika ia dapat menyesuaikan diri dengan keadaan itu, timbul penyesuaian unsur-unsur budaya lain sehingga kembali tercipta ketenangan.
b.      Ketimpangan Budaya (Cultural lag)
Ketimpangan budaya adalah ketimpangan salah satu unsure kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan unsure kebudayaan lain yang sudah berubah. Jadi, ketimpangan budaya adalah adanya kelambanan dari salahsatu unsure kebudayaan untuk beradaptasi dengan unsure lain yang sudah berubah. Ketimpangan budaya banyak terjadi pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, baik perubahan dalam bidang teknologi maupun pola piker.
c.       Pergeseran Nilai-nilai Budaya yang Menimbulkan Anomi
Masuknya unsure-unsur globalisasi yang sangat gencar dalam waktu yang relative singkat akan mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan social budaya secara susul menyusul. Sementara itu, system nilai dan norma yang ada dalam kehidupan masyarakat tidak siap mengantisipasi terjadinya perubahan-perubahan itu. Akibatnya, masyarakat menjadi kebingungan (anomi). Kebingungan masyarakat terhadap terjadinya perubahan-perubahan nilai budaya tidak akan berlangsung lama jika masyarakat tersebut dapat menyesuiakan dengan cepat. Hal yang dikhawatirkan akibat anomi ini adalah nilai-nilai budaya yang telah ada menjadi rusak dan dipengaruhi oleh budaya luar.

I.       Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi
Globalisasi merupakan tantangan bagi semua orang. Oleh karena itu, seseorang harus lebih meningkatkan kualitas diri guna mengantisipasi perubahan yang ada. Adapun usaha-usaha yang dapat kita lakukan dalam menghadapi era globalisasi ini adalah sebagai berikut.
1.      Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai filter budaya asing yang bersifat negatif.
2.      Peningkatan penghayatan dan pengamalan Pancasila untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
3.      Menghayati dan mengintensifkan pembelajaran budaya tradisional yang bernilai luhur agar tidak musnah diganti dengan kebudayaan asing.
4.      Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat memilih mana yang baik dan benar bagi masyarakat. Karena itu tidak semua kebudayaan asing baik dan cocok untuk diterapkan pada masyarakat Indonesia.
5.      Meningkatkan pendidikan adalah upaya meningkatkan kualitas diri agar dapat bersaing dengan bangsa lain baik dalam mencari lapangan kerja didalam negeri maupun di luar negeri.
6.      Meningkatkan kualitas produk dalam negeri agar dapat bersaing merebut pasar lokal, nasional dan internasional.
7.      Meningkatkan penguasaan teknologi disegala bidang agar kita tidak bergantung pada bangsa lain, mandiri, dan percaya pada diri sendiri.
8.      Menumbuhkan kinerja yang berwawasan luas dan beretos kerja tinggi.
9.      Menumbuhkan dinamika yang terbuka dan tanggap terhadap unsure-unsur pembaruan.
Perubahan mental kearah sikap yang modern, seperti ulet, rajin, berdisiplin, beretos kerja tinggi, cerdas, terampil, kreatif, dan berjiwa wiraswasta sangat diperlukan untuk menghadapi era globalisasi tersebut.

J.       Kelemahan dan Kekuatan Indonesia dalam menghadapi Era Globalisasi
Untuk menghadapi era globalisasi kita harus mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalm seganap aspek kehidupan bangsa, yaitu sebagai berikut.
1.      Geografi
Potensi wilayah darat, laut, udara dan iklim tropis sebagai ruang hidup sangat baik dan srategis, namun disisi lain terdapat kelemahan dalam pendayagunaan wilayah darat, laut, dirgantara, dan pengaturan tata ruangnya.
2.      Sumber Kekayaan Alam
3.      Demografi
4.      Ideologi
5.      Politik
6.      Ekonomi
7.      Sosial Budaya
8.      Pertahanan dan Keamanan

K.    Dampak Globalisasi
Dampak Positif dari globalisasi adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
2.      Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
3.      Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Adapun dampak negative dari globalisasi adalah sebagai berikut.
1.      Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
2.      Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
3.      Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
4.      Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar