A.
Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah
keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia
melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bantuk
interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu Negara menjadi semakin sempit.
Dalam banyak hal,
globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi
sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran Negara
atau batas-batas Negara.
Menurut asal katanya,
kata “globalisasi”diambil dari kata global,
yang maknanyaialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu prosesmanjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah.
Globalisasi belum
memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai proses sosial,
atau proses sejarah, atau proses alamiah, yang akan membawa selurh bangsa dan
Negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan
baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi, dan budaya masyarakat.
Disisi lain, ada yang
melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh Negara-negara adikuasa,
sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negativ atau curiga terhadapnya. Dari sudut
pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia
dan Negara-negara kecil makin tidak
berdaya karena tidak mampu bersaing . sebab, globalisasi cenderung berpengaruh
besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang
lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama
kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa
ada beberapa definisi yang dimaksukan orang dengan globalisasi:
1. Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai
meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap
mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung
satu sama lain.
2. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan
semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor,
lalu lintas devisa, maupun migrasi.
3. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan
sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia.
Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
4. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu
bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari
barat sehingga mengglobal.
5. Hubungan transplanetari dan
suprateritorialitas:
Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi
pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada
pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan
sekadar gabungan negara-negara.
Dapat disimpulkan bahwa Globalisasi ialah suatu
proses dimana antar individu, antar kelompok, dan antar Negara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang
melintas batas Negara.
B.
Proses Globalisasi
Proses globalisasi lahir dari adanya perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, tranportasi, dan komunikasi. Teknologi satelit,
telepon, dan internet membuat semakin dekat, waktu tempuh hampir tidak ada, dan
dunia seolah tanpa batas penghalang. Kemajuan dalam bidang transportasi membuat
orang dengan mudah bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Pergerakan ini
tidak hanya membawa pengalaman dan wawasan tentang suatu daerah, tetapi budaya
pun dengan cepat menyebar. Televise dengan berbagai saluran, film layar lebar,
radio, CD (Compac Disc), koran,
majalah, dan sebagainya menjadi alat yang sangat efektif untuk menyebarkan
berbagai budaya di dunia.
Globalisasi akan memberikan corak budaya baru, dan memberi
dampak yang luas terhadap kebebasan budaya setempat dan mengukuhkan dominasi
budaya barat dalam budaya masyarakat di negara-negara berkembang melalui
penjajahan baru, yaitu penjajahan kebudayaan. Kebudayaan baru yang berasaskan
perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan satelitakan merombak dan
mengubah nilai dan sistem budaya masyarakat Negara berkembang selaras dengan
visi dan misi globalisasi barat. Gelombang kebudayaan baru yang terjadi melalui
pendominasian budaya akan menjadikan Negara berkambang semakin bergantung dan
terikat pada keputusan yang dibuat oleh penguasa barat.
Globalisasi dan perkembangan teknologi ini megharuskan
penduduk dunia untuk bersatu dalam menentukan masa depan dunia yang lebih baik
dan terjamin. Isu global yang tengah melanda dan mulai terasa member kesan
buruk kepada masyarakat dunia menjadi agenda yang menarik perhatian semua
pihak. Kesadaran untuk membentuk masyarakat dan pemimpin dunia yang bertanggung
jawab untuk menjaga kepentingan, keselamatan, dan keamanan dunia membuka
perspektif baru dalam pendekatan isu globalisasi, yaitu isu yang mengancam
dunia masa kini dan masa depan.
Naisbitt dan Aburdene membuat prediksi bahwa menjelang berakhirnya abad XX, di
dunia terjadi kecenderungan-kecenderungan perubahan yang maha besar. Mereka
menyebutnya “Megatrends 2000”.
Megatrend tidak datang
dan pergi begitu saja. Perubahan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang
besar ini terbentuk secara lambat laun dan akan terjadi. Mereka mempengaruhi
kita untuk beberapa waktu antara tujuh dan sepuluh tahun, atau lebih lama lagi.
Mereka memiliki jangkauan dan rasa dari nilai perubahan suatu dasawarsa.
Pada 1982, didalam buku
megatrends, Naisbitt dan Aburdene mendeskripsikan trend-trend yang membentuk
tahun 1980-an. Perubahan-perubahan tersebut sebagai berikut:
1. Masyarakat
Industri menjadi Masyarakat Informasi.
2. Teknologi
Paksa menjadi High Tech/High Touch.
3. Ekonomi
Nasional menjadi Ekonomi Dunia (Globalisasi ekonomi).
4. Jangka
Pendek menjadi Jangka Panjang.
5. Sentralisasi
menjadi Desentralisasi.
6. Bantuan
Institusional menjadi Bantuan Diri.
7. Demokrasi
Representatif menjadi Demokrasi Partisipatif.
8. Hierarki
menjadi Jaringan.
9. Utara
menjadi Selatan.
10. Salah
Satu menjadi pilihan Berganda.
“Kita sedang tenggelam
di dalam informasi dan kelaparan akan pengetahuan,” demikian Naisbitt dan
Aburdene meulis di dalam Megatrends.
Dalam waktu urang dari sepuluh tahun, pertumbuhan informasi semakin
cepat.
Media elektronik dapat
menembus ruang dan waktu. Fakta dan informasi yang terjadi di suatu Negara dapat diakses oleh
Negara lain yang beribu-ribu kilometer jaraknya dalam waktu yang sama.
Informasi tidak dapat lagi dibendung oleh dinding pemisah. Informasi dapat masuk
ke kamar pribadi yang tertutup dan terkunci rapat dengan hanya melihat dan
mendengarkannya melalui media yang ukurannya relative kecil. Konsekuensinya,
proses sensor informasi semakin terbuka lebar, sedangkan dipihak lain informasi
semakin deras masuk ke lingkungan kehidupan yang semakin pribadi. Karena itu,
salah satu alat sensor atau filter informasi dengan sejumlah kekuatannya itu
adalah kesiapan mental setiap individu penerima informasi tersebut.
Pada hakikatnya,
informasi tidak hanya berisi pesan yang mengandung makna positif atau negatif,
tetapi juga mengandung makna yang berkaitan langsung dengan dimensi sosial dan
nilai budaya. Terlebih lagi jika informasi tersebut berasal dari mesyarakat
dengan kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, akan terjadi proses akulturasi pada
tata nilai budaya yang mengakibatkan terjadinya transformasi kebudayaan baru.
Globalisasi diyakini
oleh banyak orang sebagai jawaban atas terjadinya pangsa pasar internasional
sehingga membantu banyak Negara berkembang secara cepat. Globalisasi telah
memberikan akses, alih pengetahuan, dan membuat Negara-negara dunia berkembeng
mendapatkan ilmu dari Negara-negara maju.
Ada 3 institusi yang
memainkan peranan penting dalam globalisasi, yakni Dana Moneter Internasional
(IMF), Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pada dasarnya,
ketiga institusi besar ini mempunyai peranan dalam system ekonomi
internasional, terutama IMF yang mempunyai tugas menstabilkan ekonomi global.
C. Aspek
Positif dan Negatif dari Globalisasi dan Arus Globalisasi
Berkembengnya arus
globalisasi jelas memberikan dampak pada kebudayaan manusia. Banyak terlihat
jelas pada perubahan dan pergeseran pola hidup masyarakat, yaitu:
1. Agraris
tradisional menjadi masyarakat industri
modern;
2. Kehidupan
berasaskan kebersamaan menjadi kehidupan invidualis;
3. Kehidupan
lamban menjadi kehidupan serba cepat;
4. Kehidupan
berasa nilai sosial menjadi konsumeris materialis;
5. Kehidupan
yang bergantung pada alam menjadi kehidupan menguasai alam;
Dari
contoh tersebut, terdapat beberapa macam pengaruh terhadap kehidupan
masyarakat. Pengaruh tersebut dapat dibagi menjadi 2 macam aspek, yaitu aspek
positif dan aspek negatif.
1. Aspek
Positif
Berikut ini
beberapa aspek positif dari perkembangan teknologi dan arus globalisasi.
a. Pola
hidup yang serba cepat
Teknologi memberikan manfaat waktu
bagi masyarakat, misalnya yang dikembangkan dalam bidang pertanian. Penelitian
bibit unggul, pembuatan mesin traktor, dan cara penggarapan sawah yang
baikmembuat petani yang awalnya memanen padinya 6 bulan sekali sekarang sudah
dapat memanen padinya setiap 3 bulan sekali.
b. Pesatnya
Perkembangan Informasi dan Transportasi
Perkembangan teknologi informasi
sangat besar manfaatnya mulai dari telepon seluler, internet, dan televisi.
Manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan adanya perkembangan informasi
sangat banyak. Misalnya, dengan adanya internet kita dapat mencari ilmu
pengetahuan secara gratis dan berlimpah. Selain itu, dengan mudah kita
mendapatkan informasi yang cepat dan akurat.
c. Pemanfaatan
Sumber Daya Alam yang Melimpah
Teknologi berperan besar dalam
pemanfaatan sumber daya alam, mulai dari sumber daya alam potensial, pengolahan
sumber daya alam, dan pemanfaatan sumber daya alam. Dengan adanya pemanfaatan
sumber daya alam memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat. Misalnya,
pemanfaatan sumber daya emas di Papua akan memberikan peluang kerja bagi
masyarakat Papua itu sendiri.
2. Aspek
Negatif
Perkembangan
teknologi juga memberikan efek negatif bagi masyarakat, diantaranya:
a. Beralihnya
masyarakat agraris menjadi masyarakat industri modern.
b. Perubahan
dari kehidupan berasaskan kebersamaan menjadi kehidupan individualis.
c. Masuknya
pola hidup budaya barat.
D.
Macam-macam Globalisasi
Ada 2 macam globalisasi
yaitu:
1.
Globalisasi Perekonomian
Globalisasi perekonomian
merrupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara
diseluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintregasi dengan
tanpa rintangan baras teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan
penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, dan jasa.
Menurut Tanri
Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk
berikut:
a. Globalisasi
Produksi
b. Globalisasi
Pembiayaan
c. Globalisasi
Tenaga Kerja
d. Globalisasi
perdagangan
Thompson mencatat bahwa
kaum globalisasi mengklaim saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara
cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata
perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang
ditengrai dengan adanya kekuatan pasar dunia. Dibawah ini ada beberapa
kebijakan dan keburukan globalisasi ekonomi, diantaranya:
a.
Kebijakan globalisasi ekonomi
1)
Produksi global dapat ditingkatkan
2) Meningkatkan
kemakmuran masyarakat dalam suatu negara
3) Meluaskan
pasar untuk produk dalam negeri
4) Dapat
memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
5) Menyediakan
dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
b. Keburukan
globalisasi ekonomi
1) Menghamabat
pertumbuhan sektor industri
2) Memperburuk
neraca pembayaran
3) Sector
keuangan semakin stabil
4) Memperburuk
prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
2. Globalisasi
Kebudayaan
Globalisasi
mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya
aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai
hal. Persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang tedapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila di sadari bahwa
tingkah laku seseorang sangat depengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai
sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak
lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia
ini (Lucian W. Pye,1966).
Namun perkembangan
globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan
berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak
fisik sebagai saran utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut
menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan
semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri perkembangan
globalisasi kebudayaan:
a. Berkembangnya
pertukaran kebudayaan internasional.
b. Penyebaran
prinsip multikebudayaan (multiculturalism),
dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain diluar
kebudayaannya.
c. Berkembangnya
turisme dan pariwisata.
d. Semakin
banyak imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
e. Berkembangnya
mode yang berskala global, seperti pakaian, film, dan lain-lain.
f. Bertambah
banyaknya ivent-ivent berskala global, seperti piala dunia.
E.
Globalisasi sebagai Tantangan
Globalisasi
adalah gejala menyatunya kehidupan manusia di dunia tanpa mengenal batas-batas
fisik geografik dan social. Ia dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat dalam
bidang teknologi yang dikenal dengan istilah triple “T” Revolucion,
yaitu perkembangan kemajuan di sector teknologi komunikasi informasi,
transfortasi dan trade (liberalisasi
perdagangan).
Terdapat empat
jenis proses yang menyatukan kehidupan manusia, yaitu citra global, mal global,
tempat kerja global, dan keuangan global.
Globalisasi
merupakan tantangan, dan menurut Champy, lingkungan yang mampu menghadapi
tantangan masa depan itu yaitu lingkungan yang merangsang pemikiran majemuk.
Lingkungan itu tidak mungkin lagi ditentukan oleh produsen, tetapi oleh suatu
tim yang sadar akan tujuan yang akan dicapai dan peka terhadap keinginan
konsumen. Untuk memenuhi selera pasar “konsumen” diperlukan manusia-manusia
yang menguasai ilmu dan keterampilan tertentu serta menjalankan intruksi
pimpinan dengan penuh tanggung jawab. Masyarakat masa depan merupakan
masyarakat “meritokrasi”, yaitu masyarakat yang menghormati pestasi daripada
statusnya dalam organisasi. Selain itu lingkungan yang menghormati seseorang
yang dapat menuntaskan pekerjaannya dan bukan berdasarkan kedudukannya didalam
organisasi.
Akibat hubungan
bisnis (perdagangan) yang telaqh menyatukan kehidupan manusia maka timbul
kesadaran yang lebih interen terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia.
Sejalan dengan itu kehidupan demokrasi semakin mrak dan manusia ingin
menjauhkan diri dari berbagai bentuk penindasan, kesengsaraan, dictator dan
perang. Oleh karena itu liberalisasi dalam bidang ekonomi ini menuntun
liberalisasi dalam bidang p[olitik, dimana keduanya harus berjalan seiring dan
saling menunjang.
Manusia ingin
hidup bersama, saling bantu, saling menguntungkan didunia. Solideritas umat
manusia semakin kental dan semakin bersatu dank arena itu menuntut pula
pendidikan yang lebih baik, derajat kesehatan yang lebih tinggi (peningkatan
sumber daya manusia), penghapusan kemiskinan dan hidup bersama dalam suasana
damai. Nilai-nilai positif dari globalisasi (kesejagatan) ini mempunyai dimensi
baru yang tidak dikenal sebelumnya seperti kriminalitas internasional,
pembajakan dan terorisme internasional, penyakit baru yang dengan cepat
menyebar ke seantero dunia. Transformasi ini berjalan dengan menghadapi tantangan
sebagaimana dikatakan oleh John Naisbitt, globalisasi mengandung berbagai
paradox.
Disatu pihak,
ekonomi global menuju satu kesatuan, tetapi dipihak lain terjadi tren politik
lahirnya ratusan Negara baru. Dalam kaitan ini, apakah globalisasi itu akan
menghilangkan nation state (Negara
bangsa) dan identitas bangsa. Buah pikiran Kenechi Ohmae dalam “Dunia tanpa
batas” bukan dimaksudkan demikian. Apa yang dikemukakan terutama dlam bidang
bisnis komunikasi dan informasi memang akan menebus batas-batas nation, tetapi
tidak dengan sendirinya menghilangkan identitas suatu bangsa.
Apabila kita
mengenal bentuk-bentuk budaya yang terikat pada waktu dan pada tempat yang
beraneka ragam dengan kekhasannya, kini dengan proses globalisasi menjadi
ancaman. Kontak budaya tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin lancer.
Terjadilah relativisasi nilai budaya dan memungkinkan munculnya sinkretisme
budaya yang sifatnya transnasional.
Di sisi lain
kita melihat akibat desploitasi sumber daya, gaya hidup yang konsumerisme, urbanisasi
dan pembangunan yang ekstensif dan intensif dengan segala eksesnya menjadi
bencana bagi umat manusia dan makhluk hidup lainnya di planet bumi yang hanya
satu ini.
Di sisi lain
kita melihat keterbatasan daya dukung planet bumi karena terbatasnya sumberdaya
alam dan jumlah penduduk yang terus bertambah secara eksponensial serta
perusakan bumi oleh manusia itu sendiri. Melihat hal ini kita bias berpandangan
pesimis, namun ada juga yang berpandangan optimis karena pada dasarnya manusia
dapat memecahkan masalahnya sendiri akibat dari kemampuan teknologi yang
diciptakan.
Dalam kondisi
ini muncul gagasan yang optimis, yaitu hendaknya umat manusia membuat suatu “kampung
global” (global village) tempat hidup
manusia bersama-sama memecahkan masalahnya mengenai dunia yang makmur damai dan
sejahtera. Sejalan dengan itu gagasan pemerintahan global (global goverment) diutarakan karena kekhawatiran uamt manusia atas
bumi yang memerlukan pemeliharaan agar pembangunan dapat berkesinambungan (sustainable development).
F. Globalisasi
dan Nasionalisme
Globalisasi memang
sering diyakini oleh sebagian pengamat sebagai ancaman memudarnya nasionalisme.
Globalisasi yang dipercepat dengan pertumbuhan luar biasa dari media massa
melalui media telekomunikasi dianggap akan menghilangkan batas geografi suatu
Negara. Akibatnya, nasionalisme akan kehilangan wujud aslinya dan berganti
menjadi universalisme atau globalisme dimana orang akan menjadi warga dunia,
bukan warga suatu Negara yang batas-batasnya sudah jelas atau tertentu. Akan tetapi,
ada yang berpendapat bahwa Negara tidak akan terhapus oleh globalisasi karena
itu perbincangan mengenai nasionalisme tetap relevan. Perkembangan dunia hingga
saat ini nampaknya masih memperkuat pendapat terakhir. Hal ini mengingat bahwa:
1. Manusia
itu sendiri bukanlah semata-mata sekedar suatu mass product, tetapi sebagai makhluk yang berakal,
berperasaan dan berbudaya. Berbeda dengan komoditi perdagangan yang merupakan
hasil cipta, karsa, rasa dari umat manusia. Oleh karena itu, budaya umat
manusia yang beraneka ragam yang lahir dari hakikat manusia itu sendiri tidak
akan dikorbankan dalam proses globalisasi.
2. Fitrah
manusia sebagai makhluk sosial, yang bergolong-golongan maka globalisasi
tersebut nampaknya tidak akan menghilangkan perasaan kebangsaan.
3. Proses
globalisasi tidak akan berjalan secara mekanistik, pada akhirnya proses
tersebut diciptakan dan dikendalikan oleh manusia. Oleh karena itu, manusia
harus dipersiapkan untukmenghayati dan menanggulangi serta melaksanakan proses
tersebut agar terkendali.
G. Paradigma
Pancasila dalam Menghadapi Globalisasi
Di dalam menghadapi era
globalisasi sebagai suatu tantangan dan sekaligus peluang yang harus diraih
berpijak pada budaya bangsa. Sebagai bangsa Indonesia kita tidak boleh tercabut
dari akar budaya bangsa yaitu Pancasila. Budaya Pancasila itulah yang menjadi
jati diri bangsa Indonesia yang
menentukan cara berpikir, cara bertindak, dan cara bersikap kita dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan berbegara dalam menghadapi tantangan
globalisasi. Isu globalisasi seperti demokratisasi, hak asasi manusia (human rights) dan lingkungan hidup harus dilihat dan dikaji bertitik tolak
pada paradigm (sudut pandang) Pancasila.
Menurut Notonegoro
(1959), kebudayaan Indonesia merupakan proses pemanusiaan diri dalam bentuk
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan hidup. Oleh para pemikir bangsa
dirumuskan secara ringkas dan padat dalam Pancasila (Ideologi Pancasila). Ideologi itulah yang membimbing cara berpikir kita
(metode berpikir).Secara umum,pengertian metode berpikir ialah proses kejiwaan
manusia dalam menanggapi objek-metode berpikir dari setiap ideology selalu
bereferensi pada pandangan ideology yang bersangkutan mengenai “siapa itu
manusia” .
1.
Individualisme
Manusia
dilahirkan “bebas” dan dibekali oleh penciptanya dengan sejumlah hak
asasi.Dalam hal ini,yang terpokok adalah freedom(kebebasan).Berdasarkan
nilai kebebasan ini maka metode berpikirnya berwatak individualistic dan
dinamai metode dan berpikir liberal.
2.
Ideologi
Komunis
Berdasarkan
pada premis bahwa semua materi berkembang mengetahui hukum,kontradiksi dengan
menempuh proses “dialektik”.Manusia itu mengembangkan diri dengan bertindak
keluar melalui kerja dan kegiatarn dan dengan demikian saling berpengaruh secara
kontradiktif dengan lingkungannya dengan kemudian dikuasai oleh
lingkungannya.Ciri dari konsep dialkektik tentang manusia ialah bahwa tidak
terdapat sifat permanen pada diri manusia.
3.
Pancasila
Konsep
manusia menurut ideology Pancasila ialah manusia itu makhluk individu serentak
makhluk sosial.Secara kodrati manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri manusia
yang satu memerlukan manusia yang lain.Hakikat dari konsep manusia menurut
Pancasila adalah “saling tergantung antar manusia”.Saling tergantung
mempersyaratkan interaksi “saling memberi” antara manusia dalam
“kekeluargaan”.Pasangan saling berhubungan,saling ketergantungan,saling member
adalah cirri pokok dari kondisi “integrasi”.
Tiap ideology dengan sendirinya
memiliki konsep dasar beserta sejumlah konsep kunci yang taat asas dan berpautan
dengan konsep dasar dari ideologi. Dalam ideology komunis manusia sebagai
individu dipandang tidak memiliki arti, oleh karena ideology ini kontradiksi
terhadap kapitalisme. Sedangkan pandangan pancasila serba integralistis. Segala
sesuatu dialam semesta ini saling berkaitan satu sama lain. Beberapa konsep
dasar pancasila adalah Kemaha Esaan Tuhan, manusia adalah makhluk individu
serentak sebagai makhluk sosial “integralisme”.
Bangsa Indonesia harus berpijak dan
berpegang pada paradigm dan metode berpikir pancasila dalam menghadapi
tantangan, meraih peluang dan menghancurkan ancaman yang mungkin timbul di era
kesejagatan ini (globalisasi). Dengan paradigma dan cara berpikir pancasila
dipilih mana yang tepat untuk bangsa Indonesia agar identitas dan integritas
tetap lestari. Dengan paradigma dan cara berpikir Pancasila itu
kita dapat meraih segala peluang, untuk membangun bangsa agar kelangsungan
hidup bangsa ini tetap terpelihara dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita
nasional. Dengan kata lain, di era kesejagatan ini kita harus siap
menghadapinya dengan landasan dan cara berpikir Pancasila.
H.
Pengaruh
Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Globalisasi
merupakan suatu kenyataan yang sulit dihindarkan sebagai akibat semakin
membaiknya jaringan transportasi dan komunikasi di dunia. Gerak manusia dan
barang antar daerah menjadi cepat, mudah, dan relatif murah.
Respon
bangsa Indonesia terhadap globalisasi adalah sebagai peluang dan tantangan.
Peluang berarti setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memanfaatkanj
situasi ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik, sedangkan tantangan
berarti setiap orang diberi kesempatan untuk berkompetisi dan menunjukan
kemampuannya. Peluang dan tantangan yang dapat kita peroleh dari globalisasi
adalah sebagai berikut.
- Pasar bebas, yaitu pasar dimana suatu produk menjadi semakin luas dan pemasarannya semakin banyak.
- Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dengan mudah dan cepat diterima.
- Wawasan budaya semakin luas. Hal ini memudahkan orang untuk beradaptasi dengan masyarakat lain.
- Peluang dan tantangan bisnis dalam bidang kepariwisataan semakin terbuka.
- Lapangan kerja semakin terbuka dan banyak.
- Pengaruh Teknoklogi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Globalisasi adalah suatu proses penyebaran unsure-unsur baru yang
menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Secara
terbatas, globalisasi dibentuk untuk kemajuan teknologi dibidang komunikasi
dunia. Selanjutnya, media informasi akan berdampak negative jika menghambat
atau merusak tercapainya tujuan pembangunan.
Arus globalisasi yang membawa perpindahan teknologi dari Negara maju ke
Negara berkembang diperkirakan akan member pengaruh yang sangat besar terhadap
perubahan dan kemajuan pembangunan di Negara-negara berkembang. Perubahan yang
terjadi dalam bidang teknologi adalah adanya satelit internet, multimedia, dan
telekomunikasi yang akan membawa perubahan pada dunia baru dan pergeseran
peradaban di era millennium baru.
- Pengaruh Pasar Bebas Terhadap Negara Berkembang
Keterbukaan
terhadap perdagangan internasional bukanlah fenomena baru bagi Negara
berkembang. Aspek terpenting dari globalisasi perdagangan bagi mayoritas
Negara-negara berkembang adalah terus merosotnya nilai tukar komoditas
ekspornya dan tingginya kuantitas impor produk-produk manufaktur. Selain itu
persoalan lain yang dihadapi oleh Negara-negara sedang berkembang termasuk
Indonesia adalah tekanan-tekanan untuk membebaskan bea impor melalui
persyaratan pinjaman. Ketidak seimbangan dalam perjanjian-perjanjian serta
persoalan-persoalan yang muncul dari keharusan mereka untuk memenuhi sejumblah
perjanjian dengan badan perdagangan internasional.
Globalisasi
ekonomi bukanlah proses yang baru. Sejak lima abad yang lalu
perusahaan-perusahaan di Negara-negara yang perekonomiannya telah maju, telah
meluaskan jangkauan aktivitas produksi dan perdagangan keberbagai belahan
dunia. Namun sejak dua hingga tiga decade lalu, globalisasi ekonomi telah
semakin mempercepat perluasan jangkauan tersebut. Hal ini sebagai akibat dari
berbagai factor, seperti perkembangan teknologi dan kebijakan-kebijakan
liberalisasi yang telah menjalar ke seluruh dunia.
Aspek-aspek
terpenting yang tercakup dalam proses globalisasi ekonomi adalah runtuhnya
hambatan-hambatan ekonomi nasional, meluasnya aktivitas-aktivitas produksi,
keuangan, perdagangan secara internasional, serta semakin berkembangnya
kekuasaan perusahaan-perusahaan transnasional dan institusi-institusi moneter
internasional.
- Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa dan Negara Indonesia
Globalisasi
dapat memberikan pengaruh positif jika kita dapat beradaptasi dengan baik,
yaitu meningkatkan kualitas diri dan selektif terhadap pengadopsian budaya
luar. Dari sudut kebudayaan, globalisasi dapat memperluas wawasan budaya,
meningkatkan kemampuan bahasa asing, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap
mental kearah yang lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja, dan memberikan
arah dalam perilaku. Gobalisasi dapat menimbulkan dampak negative jika tidak
disertai dengan usaha beradaptasi melalui peningkatan kualitas diri dan tidak
selektif mengadopsi budaya luar yang datang.
Berikut ini
beberapa dampak positif dari globalisasi.
a.
Perubahan
sistem pengetahuan
Pembangunan nasional telah member kesempatan yang
seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia untuk memperoleh pendidikan mulai
dari TK, SD, SMP, SMA, dan Peguruan Tinggi.
b.
Perubahan
niali budaya
Akibat dari globalisasi banyak nilai yang berkembang
pada jaman penjajahan hilang, seperti kolonialisme, liberalisme, rasialisme,
kapitalisme, otoriterisme, sukuisme, dan feodalisme. Sebaliknya, nilai budaya
toleransi dalam kehidupan beragama, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
cinta tanah air, gotong royong, dan kekeluargaan.
c.
Perubahan
etos budaya
Dengan dilaksanakannya pembangunan di Indonesia maka
etos budaya setiap suku bangsa mengalami perubahan. Contohnya, orang yang
berpandangan makan tidak makan yang penting kumpul mulai berangsur-angsur
ditinggalkan.
d.
Perubahan
kepercayaan
Kepercayaan sebagai salah satu unsure budaya cenderung
berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini sejalan dengan perubahan
pandangan hidup, etos, dan pengetahuan. Perubahan system dalam masyarakat
Indonesia merupakan dampak dilaksanakannya modernisasi melalui pembangunan
nasional.
e.
Perubahan
pandangan hidup
Perubahan pandangan hidup masyarakat Indonesia dewassa
ini tampak jelas dari perubahan sikap, perilaku, dan hasil karyanya. Berkat
pembangunan berkembanglah pandangan tentang pentingnya keseimbangan antara
pembangunan material dan spiritual, berkembangnya pandangan tentang perlunya
prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan, kesetiakawanan social, dan
kekeluargaan.
Adapun dampak negative dari globalisasi, yaitu sebagai
berikut.
a.
Keguncangan
Budaya (cultural shock)
Keguncangan budaya adalah keguncangan-keguncangan jiwa
dan mental seseorang atau masyarakat sebagai akibat belum siapnya menerima
kebudayaan asing yang datang secara tiba-tiba. Pada tahap awal, orang atau
masyarakat itu mungkin akan merasa mendapatkan pengalaman baru yang menarik,
tetapi ketika masuk kedalam system baru itu akan timbul rasa tertekan dan
frustasi. tahap inilah yang disebut dengan cultural shock. Jika keadaan ini
terus dibiarkan, kan mengganggu keseimbangan jiwanya dan berdampak negatif,
seperti bunuh diri atau gila. Akan tetapi, jika ia dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan itu, timbul penyesuaian unsur-unsur budaya lain sehingga kembali
tercipta ketenangan.
b.
Ketimpangan
Budaya (Cultural lag)
Ketimpangan budaya adalah ketimpangan salah satu
unsure kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan unsure kebudayaan lain yang
sudah berubah. Jadi, ketimpangan budaya adalah adanya kelambanan dari salahsatu
unsure kebudayaan untuk beradaptasi dengan unsure lain yang sudah berubah.
Ketimpangan budaya banyak terjadi pada masyarakat yang sedang mengalami
perubahan, baik perubahan dalam bidang teknologi maupun pola piker.
c.
Pergeseran
Nilai-nilai Budaya yang Menimbulkan Anomi
Masuknya unsure-unsur globalisasi yang sangat gencar
dalam waktu yang relative singkat akan mengakibatkan terjadinya berbagai
perubahan social budaya secara susul menyusul. Sementara itu, system nilai dan
norma yang ada dalam kehidupan masyarakat tidak siap mengantisipasi terjadinya
perubahan-perubahan itu. Akibatnya, masyarakat menjadi kebingungan (anomi).
Kebingungan masyarakat terhadap terjadinya perubahan-perubahan nilai budaya
tidak akan berlangsung lama jika masyarakat tersebut dapat menyesuiakan dengan
cepat. Hal yang dikhawatirkan akibat anomi ini adalah nilai-nilai budaya yang
telah ada menjadi rusak dan dipengaruhi oleh budaya luar.
I. Sikap
Terhadap Pengaruh Globalisasi
Globalisasi merupakan
tantangan bagi semua orang. Oleh karena itu, seseorang harus lebih meningkatkan
kualitas diri guna mengantisipasi perubahan yang ada. Adapun usaha-usaha yang
dapat kita lakukan dalam menghadapi era globalisasi ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai filter budaya asing yang bersifat negatif.
2. Peningkatan
penghayatan dan pengamalan Pancasila untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa.
3. Menghayati
dan mengintensifkan pembelajaran budaya tradisional yang bernilai luhur agar
tidak musnah diganti dengan kebudayaan asing.
4. Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan agar dapat memilih mana yang baik dan benar bagi
masyarakat. Karena itu tidak semua kebudayaan asing baik dan cocok untuk
diterapkan pada masyarakat Indonesia.
5. Meningkatkan
pendidikan adalah upaya meningkatkan kualitas diri agar dapat bersaing dengan
bangsa lain baik dalam mencari lapangan kerja didalam negeri maupun di luar
negeri.
6. Meningkatkan
kualitas produk dalam negeri agar dapat bersaing merebut pasar lokal, nasional
dan internasional.
7. Meningkatkan
penguasaan teknologi disegala bidang agar kita tidak bergantung pada bangsa
lain, mandiri, dan percaya pada diri sendiri.
8. Menumbuhkan
kinerja yang berwawasan luas dan beretos kerja tinggi.
9. Menumbuhkan
dinamika yang terbuka dan tanggap terhadap unsure-unsur pembaruan.
Perubahan
mental kearah sikap yang modern, seperti ulet, rajin, berdisiplin, beretos
kerja tinggi, cerdas, terampil, kreatif, dan berjiwa wiraswasta sangat
diperlukan untuk menghadapi era globalisasi tersebut.
J. Kelemahan
dan Kekuatan Indonesia dalam menghadapi Era Globalisasi
Untuk menghadapi era
globalisasi kita harus mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalm
seganap aspek kehidupan bangsa, yaitu sebagai berikut.
1. Geografi
Potensi wilayah darat, laut, udara
dan iklim tropis sebagai ruang hidup sangat baik dan srategis, namun disisi
lain terdapat kelemahan dalam pendayagunaan wilayah darat, laut, dirgantara,
dan pengaturan tata ruangnya.
2. Sumber
Kekayaan Alam
3. Demografi
4. Ideologi
5. Politik
6. Ekonomi
7. Sosial
Budaya
8. Pertahanan
dan Keamanan
K. Dampak
Globalisasi
Dampak Positif dari globalisasi adalah
sebagai berikut:
1. Perubahan
Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi
dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan
sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
2. Berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong
untuk berpikir lebih maju.
3. Tingkat
Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi
alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha
mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Adapun
dampak negative dari globalisasi adalah sebagai berikut.
1.
Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan
industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan
begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan
yang ada.
2.
Sikap Individualistik
Masyarakat
merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa
mereka adalah makhluk sosial.
3.
Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak
semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua,
kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
4.
Kesenjangan Sosial
Apabila
dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus modernisasi
dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar